Senin, 30 November 2009

Riwayat Pendidikan KH Noer Alie


Riwayat Pendidikan KH Noer Alie. KH Noer Alie lahir sebagai anak keempat dari sepuluh bersaudara pasangan Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin pada tanggal 15 Juli 1914 di desa Ujungmalang, Onderdistrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap ( kabupaten ) Meester Cornelis, Residensi Batavia yang sekarang sesuai usulan yang diberikan Menteri Luar Negeri Adam Malik pada tahun 1970-an ketika berkunjung ke pesantren Attaqwa bernama Desa Ujungharapan Bahaga, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Semasa kecil KH Noer Alie sudah memperlihatkan semangat belajar yang sangat baik dimana pada usia dibawah lima tahun Noer Alie kecil sudah mulai menangkap dan menghafal surat –surat pendek dalam Al Quran yang diajarkan oleh kedua orang tua dan kakaknya



Pada Usia tujuh tahun Noer Alie mengaji pada Guru Maksum di kampung Ujungmalang Bulak, Pelajaran yang diberikan oleh Guru Maksum lebih dititikberakan pada pengenalan dan mengeja huruf Arab, menyimak, menghafal dan membaca Juzz-amma serta menghafal dasar-dasar rukun Islam, rukun iman, tarikh para nabi, akhlak dan Fikih

Pada usia sembilan tahun Noer Alie mengaji pada Guru Mughni di Ujungmalang. Melalui Guru Mughni beliau mendapatkan pejaran lanjutan dari apa yang telah dipelari dari Guru Maksum serta pelajaran alfiah atau tata bahasa Arab, Al-Quran, Tajwid, nahwu, tauhid dan Fiqih.

Semasa kanak–kanak Noer Alie sudah bercita-cita ingin “ membangun atau menciptakan perkampungan surga “. Sebuah cita-cita yang diserap dan dipahami dari gurunya ( Guru Maksum dan Guru Mughni ) yaitu tentang baldatun thoyibatun warobbun ghafur, Negara aman dan sejahtera yang dilindungi Allh Subhanahu Wata’ala

Semasa muda Noer Alie mondok pada Guru Marzuki di Kampung Muara, Klender, Meester Cornelis. Di sana beliau mempelajari kitab kuning ( kitab Islam Klasik ) sebagai inti pendidikan. Disamping itu Guru Marzuki juga mengajarkan Noer Alie cara menunggang kuda dan berburu bajing ( hewan pemakan buah kelapa yang dianggap sebagai hama )

Pada tahun 1934 Noer Alie menuntut ilmu ke kota Makkah , Saudi Arabia tepatnya di Madrasah Darul Ulum. Selain itu beliau juga menuntut ilmu pada sejumlah syeikh yang tersebar dilingkungan Masjidil Haram. seperti :

  • Beliau belajar ilmu hadits pada Syeikh Alie Al-Maliki.
  • Beliau belajar kutubusittah ( hadits yang diriwayatkan oleh enam perawai : Buchori, Tarmizi, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah ) kepada Syeikh Umar Hamdan.
  • Beliau belajar Ilmu Figih dengan kitab Iqna sebagai acuan kepada Syeikh Ahmad Fatoni.
  • Beliau belajar ilmu nahwu, qawati ( sastra ), badi’ ( mengarang ), tauhid dan mantiq ( ilmu logika yang mengandung filsafah Yunani ) dengan kitab Asmuni sebagai acuan kepada Syeikh Mohamad Amin Al- Quthbi
  • Beliau belajar ilmu politik pada Syeikh Abdul Zalil
  • Beliau belajar ilmu hadits dan ulumul Quran pada Syeikh Umar Atturki dan Syeikh Ibnu Arabi

Di negeri rantau itu Noer Alie yang mudah bergaul memiliki banyak teman, terutama pelajar Betawi seperti Alie Syibromalisi, Hasbullah, Hasan Basri, Tohir Rohili Mukhtar, Ahmad Hajar Maliki, Abdul Syukur Khoiri dan Masturo. Beliau juga mejalin hubungan dengan pelajar dari berbagai Negara lain termasuk Muhammad Abdul Muniam Inada, pelajar Islam dari Jepang




Sebagai Ketua Persatuan Pelajar Betawi ( PBB ), Noer Alie Juga Aktif dalam Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesai ( PPPI ), Persatuan Talabah Indonesia ( Pertindo ) dan Perhimpunan Pelajar Indonesai Melayu ( Perindom )

Noer Alie mengikuti perkembangan situasi dan kondisi di tanah air melalui surat kabar yang terbit di Saudi Arabia dan Hindia Belanda. Beliau mendapat informasi bahwa sejak tahun 1936 perjuangan kaum pergerakan di tanah air dibatasi, bahkan beberapa diantarnya ada yang dibubarkan, sedangkan petisi yang diajukan Sutarjo ditolak pemerintah Hindia Belanda. Kondisi tersebut menggugah semangat kebangsaan Noer Alie dan kawan-kawannya di Makkah

Ketika suasana mendekati perang dunia II ( akhir 1939 ) Noer Alie yang sudah memiliki cukup ilmu memutuskan untuk kembalie ke tanah air. Syeikh Alie Al-Maliki yang melihat potensi keulamaan Noer Ali, berpesan diakhir pertemuan.

“ Ingat, jika bekerja jangan jadi penghulu ( pegawai pemerintah ). Kalau kamu mau mengajar, saya akan ridho dunia akhirat “